Peringatan Hari Perempuan Internasional: Perempuan dan Tantangan Masa Depan
![]() |
Foto: Ricardus Jundu |
Sebuah pemikiran sederhana dan apa adanya untuk perempuan serta tantangan masa depan dalam tatanan sosial.
Penulis: Ricardus Jundu; Editor: Tim Redaksi
PIJAKAN rakyat- Hari Perempuan Internasional yang diperingati setiap 8 Maret menjadi momentum penting untuk merefleksikan perjalanan panjang perempuan dalam memperjuangkan kesetaraan dan keadilan.
Di tengah kemajuan yang telah dicapai, perempuan Indonesia masih menghadapi berbagai tantangan yang harus diatasi bersama demi terciptanya masyarakat yang lebih adil dan setara.
Dalam beberapa dekade terakhir, kita menyaksikan kemajuan signifikan dalam upaya pemberdayaan perempuan di Indonesia. Akses pendidikan yang semakin merata, peningkatan partisipasi dalam dunia kerja, dan representasi politik yang lebih baik menjadi pencapaian yang patut diapresiasi.
Namun, di balik kemajuan tersebut, masih banyak tantangan yang menghadang perempuan Indonesia dalam menghadapi masa depan.
Salah satu tantangan utama adalah kesenjangan gender di dunia kerja. Meskipun semakin banyak perempuan yang memasuki lapangan kerja, terkadang masih saja terjadi kesenjangan upah antara laki-laki dan perempuan untuk pekerjaan yang setara.
Perempuan juga seringkali menghadapi hambatan dalam mencapai posisi kepemimpinan, fenomena yang sering disebut sebagai "glass ceiling" atau langit-langit kaca. Ketidaksetaraan ini tidak hanya merugikan perempuan secara individu, tetapi juga menghambat pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan karena potensi perempuan tidak dimanfaatkan secara optimal.
Tantangan lain yang tidak kalah penting adalah beban ganda yang dihadapi perempuan. Di satu sisi, mereka dituntut untuk berkarier dan berkontribusi secara ekonomi, namun di sisi lain masih diharapkan untuk mengemban tanggung jawab penuh dalam urusan rumah tangga dan pengasuhan anak.
Pembagian peran yang tidak seimbang ini seringkali membuat perempuan harus bekerja lebih keras untuk menyeimbangkan kehidupan profesional dan pribadi mereka.
Era digital juga membawa tantangan baru bagi perempuan. Pelecehan online, cyberbullying, dan penyebaran informasi palsu yang menargetkan perempuan menjadi fenomena yang semakin marak.
Perempuan sering menjadi sasaran empuk untuk berbagai bentuk kekerasan digital yang dapat berdampak serius pada kesehatan mental dan reputasi mereka.
Perubahan iklim juga memberikan dampak yang tidak proporsional terhadap perempuan, terutama di daerah pedesaan. Sebagai pengelola utama sumber daya alam dalam rumah tangga, perempuan menjadi lebih rentan terhadap dampak perubahan iklim seperti kekeringan dan kelangkaan pangan. Pekerjaan seperti menimba air, mengurus kebun, dan mengurus dapur kerap dibebankan kepada mereka. Selain itu, mereka juga harus mengurua anak.
Namun, suara mereka seringkali tidak didengar dalam pengambilan kebijakan terkait keputusan bersama dan lingkungan hidup dalam kehidupan bermasyarakat.
Menghadapi berbagai tantangan tersebut, diperlukan pendekatan komprehensif yang melibatkan seluruh elemen masyarakat.
Pertama, dibutuhkan kebijakan publik yang lebih responsif gender, mulai dari peraturan cuti melahirkan yang memadai hingga kebijakan anti-diskriminasi di tempat kerja. Undang-Undang perlindungan anak dan perempuan harus menjadi dasar utamanya.
Kedua, edukasi tentang kesetaraan gender perlu ditanamkan sejak dini melalui kurikulum pendidikan yang inklusif.
Ketiga, penguatan jaringan dukungan bagi perempuan, baik melalui organisasi formal maupun informal, sangat penting untuk memberikan ruang aman bagi perempuan untuk berbagi pengalaman dan membangun solidaritas.
Sektor swasta juga memiliki peran krusial dalam menciptakan lingkungan kerja yang ramah perempuan. Implementasi kebijakan keseimbangan kehidupan kerja, program mentoring, dan jalur karier yang jelas dapat membantu perempuan mengoptimalkan potensi mereka tanpa harus mengorbankan aspek kehidupan lainnya.
Di level individual, penting bagi kita untuk terus mempertanyakan dan menantang norma-norma sosial yang membatasi potensi perempuan. Pembagian peran dan tanggung jawab yang lebih setara dalam rumah tangga, penghapusan stereotip gender dalam pengasuhan anak, dan penghargaan terhadap kerja-kerja domestik yang selama ini tidak dibayar merupakan langkah-langkah konkret menuju kesetaraan.
Peringatan Hari Perempuan Internasional tahun ini semestinya tidak hanya menjadi seremonial belaka, tetapi momentum untuk memperkuat komitmen kita dalam menghadapi tantangan masa depan.
Perempuan Indonesia telah membuktikan ketangguhan dan resiliensi mereka dalam menghadapi berbagai rintangan. Dengan dukungan semua pihak, perempuan akan terus berperan sebagai agen perubahan yang membawa Indonesia menuju masa depan yang lebih cerah dan berkeadilan.
Melalui kolaborasi, inovasi, dan kebijakan yang inklusif, kita dapat menciptakan lingkungan yang memungkinkan setiap perempuan untuk mengembangkan potensi dirinya secara maksimal.
Ketika perempuan maju, seluruh masyarakat akan maju. Inilah esensi dari perjuangan kesetaraan gender yang harus terus kita perjuangkan bersama.
Penulis juga merasa bahwa masih banyak hal tentang perempuan yang tidak sempat dibahas dan itu sering terjadi di lingkungan masyarakat. Mari bersama kita wujudkan kesetaraan gender dan menghargai hak kaum perempuan. (Redaksi PR)
Penulis: Dosen di Unika Santu Paulus Ruteng